Wednesday, August 26, 2015

5 Stories of Hilarious Restaurant Employee

Helow mellow marsemelow, kalian semua!! Akhirnya setelah sekian tahun mengembara mencari kitab suci, sobat kita, Ranger O, menerbitkan tulisannya di blog ini!! YEAAAHH!!!! *tepuk tangan*

Maap, Ne. Gue tau lu sibuk, makanya ga sempet nulis. *sujud sembah* 

Untuk memenuhi janji gue, kali ini gue akan ngebahas soal pegawai2 restoran yang bad. Bad dalam artian ada yang dumb atau murni brengsek. Tapi saking hilarious-nya, orang2 yang menceritakan ini ga pernah melupakan peristiwa2 ini sampai kapanpun juga. Dan kita beruntung bisa mendengarkan cerita mereka.

Then, without further ado, let’s read their freaking hilarious story!




No, She Was Not Kidding
By: Jamie Layton

Aku adalah seorang manager di sebuah restoran sandwich dan sebagian besar pegawai kami adalah mahasiswa. Walau mayoritas mereka adalah anak2 muda yang sangat kompeten, beberapa anak manja rumahan membuatku sedikit gugup. Ada pemuda yang tidak pernah melihat ‘daging merah muda’ sebelumnya dan sama sekali menolak untuk menyentuh pastrami (semacem smoked beef) karena dia bilang itu kelihatan masih mentah (padahal sama sekali tidak) dan dia takut terkena parasit. Jadi cukup banyak juga waktu kuhabiskan dengan mengajari orang2 dewasa cara menyapu, mengepel, dan mencuci piring untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.

Salah satu kisah favoritku adalah ketika secara tak sengaja aku mendengar seorang pegawai baru yang sedang menyiapkan potongan mentimun (cucumber) sambil mengobrol dengan pencuci piring. Pegawai itu mengaku merasa bersalah tiap kali kami berkata beberapa sandwich kami aman untuk vegetarian padahal semua sandwich tersebut mengandung mentimun. Si pencuci piring bingung, dan berkata bahwa mentimun kan sayuran. Si pegawai tidak setuju, “Tidak, mereka binatang. Mereka kan tinggal di laut.” Mereka lalu beradu argumen selama beberapa saat. Aku tidak bisa nimbrung untuk menyelamatkan si pencuci piring saat itu, karena aku terlalu sibuk tertawa sampai sesak napas. Cucumber disamakan dengan sea cucumber! Dan dia tidak bercanda! Astaga…

[EDITOR’S NOTE: Gue miris ama pendidikan. Ya masa aja mahasiswa ga tau cara ngebedain timun sayuran ama timun laut? -__-]


Some Manners Wouldn’t Hurt
By: Melissa Martin
 

Ibu dan ayah tiriku menikmati makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal waktu itu. Ibuku baru saja sembuh dan keluar dari rumah sakit, jadi beliau masih belum sepenuhnya fit dan tidak terlihat segar juga. Ibu kelaparan, dan restoran itu adalah yang terdekat, sehingga mereka makan di sana.  Seorang waiter yang masih muda melayani mereka dan menerima pesanan minuman mereka. Kemudian ibuku pergi ke toilet untuk mencuci tangan.

Nah, ayah tiriku sebenarnya umur 50 tahun, tapi beliau kelihatan seperti baru 30-an. Ibuku juga umur 50 dan biasanya kelihatan seperti 30-an, tapi seperti yang kubilang, dia baru sembuh dari sakit. Waiter muda itu membawa minuman mereka (ibu masih di toilet saat itu). Waiter itu kemudian berkata pada ayah tiriku, “Oh, kulihat Anda makan malam dengan ibu Anda. Hebat!”

Ayah tiriku menatapnya tajam dan berkata, “Dia istriku, bukan ibuku. Dan dia baru saja keluar dari rumah sakit.”

Waiter itu tertawa dan berkata, “Oh, man! Aku sungguh2 berpikir dia itu ibumu, karena, yah, dia kelihatan jauh lebih tua darimu.” Pada titik ini ayah tiriku merasa lelah dengannya dan memintanya untuk pergi. Ibuku kembali tepat saat itu dan bertanya apa yang terjadi.

Waiter itu memberitahunya, “Kukira Anda adalah ibunya! Maksudku, lelakimu kelihatan sangat muda. Dan akuilah, wanita kan tidak awet muda seperti pria, iya kan, bro?” Dia menatap ayah tiriku dan mengedipkan mata.  Ayah tiriku kelihatannya ingin sekali meninju anak ini tepat di muka. Tapi waiter itu terus saja menyerocos soal bagaimana wanita yang lebih tua kehidupannya pasti lebih sulit, dan itulah kenyataan hidup. Orangtuaku menyelanya dan meminta untuk segera bertemu manager.

Ketika sang manager tiba dan mendengar cerita mereka, dia kelihatan ngeri. Dia lalu menggratiskan minuman mereka dan meyakinkan mereka bahwa waiter itu pasti akan dia “didik untuk mengobrol sopan” dengan customer kelak.


Incompetent
By: Jamie Allmeyer
 

Suamiku dan aku datang ke sebuah restoran lokal sebelum acara konser malam dimulai. Seorang gadis yang menjadi waitress di tempat itu bertanya apa yang hendak kami minum dan menyebutkan semua daftar produk Pepsi yang mereka punya. Ketika kami bertanya bir apa yang ada, gadis itu langsung membeku. “Oh… Saya tidak tahu… Saya tidak minum alcohol, jadi saya tidak tahu apa-apa soal itu.” Dia kelihatan tegang, jadi kami meyakinkan dia bahwa it’s okay, dan memintanya membawakan menu minuman untuk kami. Lalu dia berkata bahwa menu minuman tidaklah eksis (kami pernah ke tempat itu sebelumnya jadi kami tahu perkataannya tidak benar) tapi dia tahu bahwa sang bartender dapat membuat “minuman warna pink, atau ada juga yang ungu… dan yang biru kelihatannya cukup populer juga.” Pada akhirnya suamiku pergi sendiri ke bar dalam restoran dan memilih-milih bir di sana.

Kami memesan makanan kami, akhirnya mendapat minuman kami, tapi makanannya TIDAK JUGA DATANG. Kami melihat orang2 yang duduk setelah kami sudah mendapat makanan duluan, jadi kami memanggil waitress kami itu lagi, yang kemudian menyadari bahwa dia lupa memberikan pesanan kami ke dapur. Tapi sebelum dia pergi, dia menunjuk gelas bir kami yang sudah hampir kosong dan bertanya, “Mau saya isi lagi gelasnya?”

Kami pun bertanya untuk mengklarifikasi—mengisi gelas = bayar lagi, atau refill gratis? Responnya: “Kami selalu me-refill bir disini, gratis!” seolah kami itu orang aneh yang tidak mengerti konsep refill gratis. Kami pun menjawab iya, tentu saja kami mau bir seharga $8 di-refill.

Ketika makanan akhirnya datang, kami sudah tiga kali me­-refill bir kami, dan kemudian gadis itu datang untuk memberikan bill. Kami memeriksanya dan—syukurlah—kami hanya kena charge untuk segelas bir per orang (karena keteledoran waitress itu, jadi kami merasa harus mengecek ulang). Suamiku kemudian memberikan kartu kredit serta bill untuk dibayar dan kami menunggu. Dan menunggu. Dan menunggu.

Kami memanggil gadis itu lagi, memintanya untuk mengembalikan kartu kredit kami karena konser akan segera dimulai, tapi dia malah tertawa, “Oh, baiklah, akan kuberitahu kalian kalau aku sudah menemukannya!”

Suamiku segera berkata bahwa menghilangkan kartu kredit bukanlah hal yang lucu dan suamiku akan sangat menghargai bila gadis itu fokus mencari. Kami memperhatikannya bolak-balik tak tentu arah, memeriksa bagian bawah piring dan tisu, dan kemudian kembali melayani meja lainnya. Jadi suamiku akhirnya menghampiri counter dan mulai mencari seorang diri. Sang manager (yang jengkel karena ulah waitress itu), bartender, dan dua pemuda lain pun ikut mencari sampai akhirnya mereka menemukan kartu kredit suamiku—di bawah sebuah pitcher penuh berisi air.

Aku tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi dengan waitress itu, tapi kemungkinan besar dia dipecat.


So Oily
By: Jessica McCullough
 

Aku tidak melebih-lebihkan ceritaku waktu aku bekerja di sebuah tempat makan di Maryland ini. Tempat makan ini memiliki pameran mobil, drive-in movies, dan semua jenis makanan berminyak yang bisa kaugunakan untuk menghukum lubang pantatmu. Si pemilik dan suaminya yang berkeringat biasanya tidak mengerjakan apapun kecuali memainkan video strip poker di “ruang istirahat”, yang besarnya tak lebih dari bilik toilet dan berisi meja kecil, dua kursi, serta sebuah asbak. Dan tentu saja tiga mesin arcade game video strip poker.

Suatu weekend di musim panas, kami punya beberapa film populer yang diputar di drive-in movies. Ratusan orang datang, pokoknya tempat itu penuh sesak. Ketika film dimulai, kami baru bisa berberes dengan tenang. Aku sedang membersikan counter ketika aku berjalan antara panggangan serta mesin soda dan hampir saja meledakkan pantatku di lantai. Aku pun melihat ada genangan minyak hitam yang licin--substansi yang membuatku terpeleset barusan. Seseorang pasti telah menumpahkan minyak dan menutupnya dengan tanah. Aku membersihkannya dan kembali melakukan pekerjaanku.

Beberapa saat kemudian aku kembali melihat genangan hitam yang sama di tempat yang sama. Aneh sekali. Aku memanggil sang pemilik ke sana dan menjelaskan bahwa minyak hitam ini secara ajaib terus muncul di lantai. Dia tidak tahu minyak apa itu tapi tidak mau terganggu karenanya, soalnya siapa yang peduli pada keselamatan para pekerja? Dia punya video strip poker yang harus dimainkan.

Selama beberapa minggu kemudian, genangan minyak aneh terus muncul di lantai di tempat yang sama. Kami sudah berkali-kali terpeleset, terjerembap, menjatuhkan makanan, menumpahkan minuman, semua karena si pemilik tidak mau terganggu. Setelah mendengarkan cukup banyak komplen, dia memanggil seseorang untuk memeriksa tempat itu.

Nyatanya, si pemilik tidak tahu bahwa ketika dia mewarisi restoran ini, ada tangki minyak bawah tanah yang harus dibersihkan secara teratur, dan MEREKA TIDAK PERNAH MEMBERSIHKANNYA SEJAK RESTORAN DIBUKA TAHUN 1952. Tangki minyak tersebut terisi penuh dengan minyak hitam kotor dan mulai meresap ke antara ubin lantai. Kalau aku tak salah ingat, tangki itu harus dipindahkan karena minyak telah meresap ke dalam tanah dan ke fondasi restoran. Masuk akal sih. Kau toh tidak bisa berada dalam jarak 20 kaki dari gedung itu tanpa mencium bau kentang goreng basi.


Amazing Late Night Snack
By: Amanda Giordano
 

Aku sedang mengikuti road trip mengemudi melewati Tampa, Florida, dan aku berhenti di sebuah tempat pizza. Ada tiga pegawai yang sedang bekerja serta seorang wanita tua di belakang counter yang kelihatannya adalah pemilik tempat itu. Aku memesan sebuah pizza dan segelas bir, kemudian duduk bersama teman-temanku.

Si pemilik kemudian meninggalkan counter ke ruang belakang dan kembali dengan sebungkus roti, sebotol mayones, dan nanas kalengan. Dia berkata pada para staff-nya, “Aku memutuskan untuk membuatkan kalian semua sandwich spesialku sekarang.”

Jadi sambil menunggu pizza-ku datang, aku memperhatikan wanita ini menumpuk mayones dan potongan nanas di tengah-tengah roti. Salah seorang pegawai keluar dari ruangan, katanya mau merokok, padahal jelas-jelas dia pergi bersembunyi. Kemudian wanita itu menyerahkan sandwich pada kedua pegawai lainnya dan menatap mereka dengan semangat, mendorong mereka untuk memakannya dengan lahap… “Itu enak, kan?”

Mereka kelihatan ketakutan dan mengangguk. Jelas sekali wanita itu punya otoritas yang kuat, kalau tidak mereka pasti akan bicara terus terang di depannya. Dia bahkan membawa keluar sandwich terkutuk itu untuk pegawai yang kabur—yang, dengan ketakutan, harus memakannya tepat dibawah observasi wanita itu. Sementara wanita itu berdiri diluar mencekoki pegawai yang kabur itu, dua pegawai yang masih di dalam ruangan memuntahkan sandwich ke tempat sampah kemudian menutupinya dengan berlembar-lembar tisu.

Untung saja, pizza-nya enak.

_______________________________________________


Ckckck… Kehidupan nyata memang tidak seindah yang kita bayangkan.

Sebelum kita berpisah, gue punya pesen buat kalian semua.

Buat kalian-kalian yang masih belum memasuki dunia nyata, masih sekolah, kuliah, masih maen-maen terus tiap hari… berbahagialah. Nikmatilah masa-masa kalian bersenang-senang, karena kelak kalo udah terjun ke dunia nyata, kalian pasti bakal ketemu sama orang2 yang aneh2; entah terlalu dumb, ga punya manner, baik di depan busuk di belakang, dsb. Jangan ngarepin kehidupan yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran kemanapun kalian pergi. It’s just a dream. A fairy tale one. Pray so that you have strong mentality to face lots of troubles in the future.

Buat kalian yang udah memasuki dunia kerja, udah berkutat dalam dunia serba ancur ini, bertahanlah. Kendati hidup itu sulit, ketauilah bahwa Tuhan senantiasa beserta kita. Tiap kalian menemui kesulitan, berdoa minta jalan keluar. Tidak ketemu orang2 aneh, berdoa buat mereka. Tiap disakiti, berdoa supaya kalian bisa mengampuni mereka dan ngga menyimpan dendam.

Prayer is the essence of life. It connects you with the One who is greater than anything.

Keep smile, keep strong, dan salam keju!!



P.S. Entah apa yang ngebuat gue bisa bilang kaya gini, tapi pokoknya gue pengen pesen sama kalian hal di atas itu :D God bless!

No comments:

Post a Comment