Sunday, June 23, 2013

Relationship - A Reflection



Hi! Irena’s writing.

Sori lama ga update, lagi ada di rumah di bandung dan ga ada internet di rumah, so yeah. Baru bisa nge-post lagi nih.

Kata orang, kalau mau nulis sesuatu, tulislah yang lagi happening banget sama kita saat ini.
Jadi, aku mau nulis tentang relationship.

Maklum jomblo, jadi pengeeen gitu nulis tentang ginian *loh*



Okay, here it is. Kadang aku bingung sama anak muda jaman sekarang. Ini kisah nyata nih: Si A jadian sama si B, eh bulan depan putus, si A jadian sama temen si B, yaitu si C, dan si B jadian sama si D. Eh terus mereka jalan bareng aja gitu berempat. Ga ada perasaan ga enakan atau masih sayang sama mantan atau stuff like that. Another example, aku pernah nemu satu temen cewe yang bisa gonta ganti pacar sesering frekuensi dia beli bedak. I mean, do you really have feeling for the boy you date? Ga sedih gitu ya putus sama cowo, dan bisa langsung jadian lagi sama orang lain yang mungkin kamu baru kenal sebulan atau dua bulan? Entah aku yang terlalu modest atau kolot kali ya, tapi emang di mindset aku, deciding to be in a relationship is a big, serious matter. 

Mau share dulu dikit, dari hampir 21 tahun hidup aku, baru sekali aku pernah pacaran. It was an about four-year relationship.Yeah I know it was quite a while, wasn’t it? Banyak orang berpikir kalau dulu aku dan dia adalah tipe selalu-dan-selamanya. Tapi tidak. For about two years ago, that relationship was ended. Breaking my heart to pieces at that time. Dan ga ada komunikasi berarti lagi antara kami sampai saat ini. 

Sad isn’t it? When a person you know becomes the person you knew.

Sedihkah aku ini berakhir? Saat itu, ya. Ketika kamu sudah sangat terbiasa dengan kehadiran seseorang yang berharga buat kamu, for a long time, and you lost him or her in a sudden, all at once, life became so miserable. Kosong. Sepi. Sendiri. Setiap kali kamu berhadapan dengan benda, situasi, atau hal lain yang mengingatkan kamu ke dia, it’s like hell you know. Tears wouldn’t stop flowing. You started to imagine things, the flashback, the stories you’d both shared. 

Tapi menyesalkah aku? Tidak. Banyak hal yang aku pelajari dari hubungan itu, dari dia. Aku bisa menjadi aku yang sekarang inipun karena aku mengalami proses kehidupan, di mana hubungan ini ambil bagian di dalamnya. Just imagine, out of 21 years I’ve lived, four I spent with him. It’s like almost 20% of my life. But I knew, even at that time when I broke up, we had to stop this relationship. Why? Because the relationship grew too deep in me. Kalau minjem istilahnya si Jacob di Twilight Saga, mungkin aku sangat meng-imprint dia. My eyes were blinded so much that I could only see him, the gravity that held me is him.

As the time goes by, aku berefleksi. Pertanyaan yang ga mungkin terhindarkan adalah: Mengapa ini harus berakhir? Apa sih yang salah dari hubungan ini? Dan pelan-pelan aku tersadar – the major mistakes happening in the relationship were mine. Well, despite of many reasons we broke up, aku rasa ini harus berakhir bukan karena siapa-siapa, tapi karena aku sendiri, and for my own good (from my perspective loh ya ). From this experience (I dare not say this is a failure),I learned loads of things, and my eyes were opened to reasons and I started to see things differently. Ga lagi terfokus sama rasa sedih dan kehilangan, tapi aku disadarkan – dua kesalahan besar yang sangat sentral, yang aku lakukan di masa-masa aku menjalin relasi ini.

 Well, the first mistake I made when I started this relationship was I didn’t pray for it. Dan kesalahan ini membuat aku ga siap untuk memulai suatu hubungan yang bener. Ga tanya dulu sama Tuhan “Is he the one for me, am I the one for him?” or “Am I ready enough?” Yah, alibi aku sih, waktu itu kan aku masih ga tau apa-apa. What do you expect from a 14 years old girl, without no experience in this love thingy? Masih bagus juga bisa tahan sampai 4 taun. But a mistake is a mistake. By the time I realized it, I knew why we were supposed to end. Tuhan mau ajar aku ga main-main untuk memulai sesuatu, Dia sangat ingin dilibatkan dalam setiap keputusan yang aku ambil, termasuk ketika aku memutuskan untuk menjalin komitmen dengan seseorang, dan memastikan aku siap untuk itu.

Secondly, arah hidupku mulai salah ketika prioritas utamaku adalah si pacar. Like I said above, aku rasa waktu aku menjalani hubungan sama dia, aku terlalu fokus sama dia. Dari bangun tidur sampai mau tidur, semuanya tentang dia. Memang aku tipe orang yang gampang sayang sama orang, yang kalau udah sayang itu ga setengah-setengah, tapi bukan berarti fokus utama hidupku adalah dia, ya kan? My life is not supposed to be that way. I think. Ohya, aku sama sekali tidak menyalahkan dia. Dia ga pernah nuntut apa-apa yang berlebihan dari aku kok. Cuma akunya aja masih “oon” gitu, too fall in love with the idea of love, which proved I was not ready for a relationship, belum dewasa *ceileh*

Oke. Dari dua kesalahan ini setidaknya aku belajar untuk ga mengulang kesalahan yang sama. Satu, berdoalah sebelum mengambil segala keputusan di hidup kita. You know, prayer doesn’t not only change things. It changes people. It changes us. Kalau kita udah make sure  kalau keputusan yang kita ambil itu sesuai sama kehendak Bapa, otomatis kita jadi lebih siap dalam menjalani setiap konsekuensi dari keputusan itu, whether it is sweet or bitter in the process. He is our Father, and as a Father, he won’t want bad things happen to us. Kalau minjem perkataan kakak rohani aku “Tuhan itu ga pernah jahat, Na.” Gitu katanya. Dan aku percaya itu. Kalau dikaitkan sama relationship matter, ya mulailah berdoa. Mendoakan kesiapan diri sendiri untuk memulai sebuah relasi. Berdoa untuk calon pasangan hidup kita, supaya dia dipersiapkan begitu rupa, menjadi pria atau wanita Allah. Berdoa untuk sebuah pertemuan yang tepat, di mana kita akan menemukan diri kita sepadan dan saling melengkapi dengan dia yang kita doakan. In His time, by His will, through His way. Bukan sekedar niscaya, tapi pasti kita akan menemukan bahwa semua doa yang kita ucapkan dan waktu yang kita habiskan buat nunggu that right person itu ga sia-sia. It is all worth waiting and fighting for.

And for the next step, jangan biarkan diri kita terfokus hanya pada si pasangan hidup (pacar/suami/ istri). Hey, that’s not what we’re made for! Tugas utama kita dalam hidup itu adalah memenuhi destiny kita, men! Destiny manusia itu ga semata-mata rangkaian perjalanan hidup dari lahir-sekolah-kuliah-kerja-nikah-punya anak-punya cucu-mati. Destiny talks about vision. And the vision comes from God. Apa yang Tuhan, Pencipta kita, udah desain buat kita. Yang Dia mau kita lakuin dalam hidup kita. His blueprint for our life. Hidup kita harusnya berpusat sama Dia. And I mean, our ENTIRE life. Including this relationship matter.

Ada satu buku yang aku baca, lupa judulnya, tapi idenya gini: “Maaf pasanganku, aku tidak bisa mengasihimu lebih dari aku mengasihi Tuhan. Aku tidak akan bisa mengasihimu kalau aku tidak mengasihi Tuhan, dan dengan mengasihimu aku bisa lebih lagi mengasihi Tuhan.” Ribet ga tuh bacanya? Ahaha…

Penjelasannya gini, kita bisa mulai mengasihi orang lain dengan baik kalau kita bener-bener mengasihi Tuhan. Salah satu quote yang pernah aku baca bilang gini “Relationship with God is the best relationship you can have. If your relationship with God is not right, then none of your relationship with others can be right either.” Manusia ga sempurna, akan ada saat-saat di mana si pasangan hidup akan mengecewakan kita, betul? Nah kalau kita sepenuhnya fokus pada si dia yang menghancurkan hati kita, yang ada hidup kita akan hancur, hati kita hancur, ga mau ngomong, ga mau makan, ga mau minum, ga mau keluar kamar 3 hari *lebay* pokonya we won’t stand facing the problems.

Tapi kalau relasi itu berpusat pada Tuhan, that’s a total different. Di saat masalah itu muncul, fokusnya ga akan ke si dia yang mengecewakan dan diri kita yang terkecewakan, tapi gimana menyelesaikan permasalahan dan berdoa sama-sama. Remember, kemampuan manusia untuk mengasihi itu terbatas. Dalam satu hubungan pasti ada momen di mana si pacar berubah jadi monster super ngeselin – rasanya capek, jenuh, ga sanggup buat mengasihi dia lagi. Tapi kalau fokus kita adalah Tuhan dan kita terhubung sama Tuhan yang adalah sumber kasih, maka kita ga akan kehabisan kasih buat dibagi ke si pacar juga, yang memampukan kita untuk face and solve the problem together. Kita akan diingatkan kembali pada doa-doa kita bahkan sejak relasi ini belum dimulai, bagaimana kita belajar mengasihi dia dengan mendoakan dia, bahkan sebelum kita ketemu sama dia. And as we see His great works in our relationship, as we see our partner as His greatest gift, we learn to love Him more too.

Okay, that’s my words for today. Gotta go now! Mungkin tulisan aku ini lebih berguna buat yang jomblo sih, hahaha… sori yah buat yang udah in rels :) tapi semoga ini juga bisa berguna buat nge-review hubungan kalian deh! Sori juga kalo kepanjangan hahaha. Any thoughts? Put some comments, please :)

Dan ohya, hei kamu, sepertinya aku sudah bisa melepaskan kamu :)

8 comments:

  1. The Most Inspiring Story of The Year
    *standing ovation*
    *ceurik cerambai*

    ReplyDelete
  2. Well, yeah. Relationships are not the same as soap operas - or usually we call as sinetron - in real life. It talks more than just love, feeling and logic thingies. And for all of you who read this, evaluate. None is perfect. And also: one should stop searching for the right one. Just strive to be the right one, and everything will be added to you. How to be right? Have an intimate relationship with THE RIGHT ONE. The only ONE, noone else.

    ReplyDelete
  3. Numpang komen yah..critanya 80% sama..buat 2 poinnya itu terutama..sama persis..T.T
    Semoga yg bc jadi belajar sesuatu,n kejadian kaya gini bisa ga terulang buat orang laen..
    I try to move on now,If u can,pray for me..OK?^^

    Love is a grace from Father
    Love is Him
    If we want to be loved,
    Love Him first

    ReplyDelete
  4. Yes, it’s true.. :)
    I’m so glad for you, Na.. Finally ya.. Hiks.. T-T

    ReplyDelete
  5. Glad if you all find this helps:) and Hadi,semangaaaaattt!! Sure will pray for you :)

    ReplyDelete
  6. Fghting! lol #nyemangetindirisendiri

    ReplyDelete
  7. KAMU PASTI BISA HADI!!! Of course we will pray for you.. :)

    ReplyDelete
  8. klo kata gerrard pas lomba band : SPEECHLESS. :'(

    ReplyDelete