Wednesday, January 18, 2017

The Great Wall (Review Movie)

Hola~!

Kemaren gue dan temen2 nonton film kolosal China yang berjudul The Great Wall. Secara keseluruhan, gue terkesima dengan film ini sehingga gue memutuskan untuk me-review filmnya.



Mungkin muka2 pemainnya ga terlalu asing lagi buat kalian yang suka nonton. Yap, film ini dibintangi oleh bintang2 film kelas atas; di antaranya Matt Damon, Jing Tian, Pedro Pascal, Willem Dafoe, dan tak ketinggalan… Andy Lau!!

Gila, begitu denger ada Andy Lau, apalagi genrenya kolosal, langsung deh tanpa ragu gue mengumpulkan pasukan untuk nonton film ni. Lol.


Oya, film ini disutradarai  oleh Zhang Yimou—salah satu sutradara epik yang sudah membuat film2 box office macem Curse of the Golden Flower dan House of Flying Daggers. Zhang Yimou terkenal berkat kemampuannya dalam mengambil gambar serta penggunaan berbagai macam warna di setiap filmnya. Dan di The Great Wall, kemampuannya itu bener2 memanjakan mata kita.

Cerita film ini ber-setting di abad ke 13an di China, dimulai dengan segerombolan orang Barat—diantaranya William Garin (Matt Damon) dan Pero Tovar (Pedro Pascal)—sedang berkelana untuk mencari bubuk hitam yang bisa menghasilkan api—intinya mah mesiu. Sialnya mereka dikejar oleh suku Khitan. Pada saat itu mereka berhasil lolos dan malamnya mereka berkemah. Mendadak istirahat mereka diganggu oleh something mysterious. Pokonya kelompok William hilang, yang tersisa cuma dia dan Tovar. William berhasil membunuh dan membawa serta salah satu bagian tubuh si something yang kepotong.

Keesokan paginya, mereka kembali dikejar gerombolan suku Khitan, sampai akhirnya mereka tiba di sebuah fortress yang tak lain dan tak bukan adalah Tembok Besar China. Di kala itu penuh dengan prajurit siap tempur, kesemuanya sedang mengacungkan senjata ke arah mereka. Mereka pun ditangkap. Saat interogasi, barang bawaan mereka diperiksa dan penangkap mereka terkejut melihat bagian tubuh si something yang dibawa William. Proses interogasi mendadak terganggu oleh berita penyerangan yang datang. Kemudian William dan Tovar pun  'terpaksa' menyaksikan petempuran besar2an juga mengerikan antara para prajurit dengan… I should just say, aliens. Asian version.


[WARNING! SPOILERS!!!]

Di atas tembok, mereka menyaksikan bagaimana para prajurit (yang dibagi menjadi beberapa pasukan dengan fungsi & warna armor berbeda2; Pasukan Elang [merah] sebagai archers, Pasukan Macan [kuning] sebagai anggota ballista dan pelontar ketapel api, Pasukan Beruang [ungu] yang bertugas nge-tank, Pasukan Rusa [hitam] sebagai kavaleri, dan Pasukan Bangau [biru] berisi cewe2 suicide squad bungee jumper sekaligus lancer) bersusah payah melawan something, yang kemaren malem nyerang mereka, dan yang ternyata jumlahnya banyak beud kaya orcs di Lord of The Rings. Si something yang mirip alien Asian version itu disebut Taotie, menyerang manusia tiap 60 taun sekali. Itulah sebabnya mengapa manusia membangun Tembok Besar sebagai bentuk pertahanan terhadap para Taotie. Hmm… Attack on Titan detected?

Singkat cerita, kemampuan bertarung yang ditunjukkan William serta Tovar di pertempuran itu membuat para jendral jadi cukup respek sama mereka. Di situ juga mereka bertemu Ballard (Willem Dafoe), orang Barat yang juga datang ke negeri itu 25 taun yang lalu untuk mencari mesiu, namun tidak bisa kabur. Mereka bertiga pun menyusun rencana untuk mencuri persediaan mesiu di fortress itu dan kabur saat pertempuran selanjutnya terjadi.

Di saat-saat seperti itu, William mulai dekat dengan jendral Pasukan Bangau, Lin Mei (Jing Tian). Lin mengajarkan William bahwa inti dari pasukan mereka adalah xin ren (trust), loyalty, dan kedisiplinan. William sedikit2 mulai banyak membantu pasukan tersebut, apalagi ketika jendral utama meninggal akibat serangan Taotie dan Lin ditunjuk sebagai penggantinya. Tovar kecewa akan tekad William yang baru—yang tidak lagi ingin pergi dari tempat itu dan membawa mesiu ke negeri asal mereka—sehingga ia dan Ballard pergi meninggalkan William.

Setelah pertempuran2 selanjutnya, Penasihat Wang (Andy Lau) dan para pasukan menyadari bahwa para Taotie telah menggali lubang menembus Tembok Besar menuju ke ibukota. Lin memerintahkan mereka menggunakan teknologi yang masih belum stabil (balon udara) agar bisa sampai di ibukota dengan cepat. William ikut dengan Wang menyusul Lin, only to find bahwa ibukota sudah dirusak oleh para Taotie. Ketiganya pun menyusun strategi; para Taotie tidak bisa apa2 tanpa ratu mereka, sehingga yang harus mereka lakukan sekarang adalah membunuh ratu Taotie menggunakan bom mesiu. Pokonya endingnya, usaha mereka berhasil dan para Taotie pun bukan lagi ancaman. William diperbolehkan pulang ke negerinya dengan dikawal pasukan kavaleri.


AFTERTOUGHTS & CONCLUSIONS


Gue memberikan film ini 4 bintang dari 5, lebih karena visualnya yang keren banget. Para jendralnya gagah2, armor2nya very beautiful, settingnya di-shoot dengan sangat bagus dan keren.

Kalo secara cerita, gue memberikan film ini 2.5 dari 5. Ada banyak faktor yang membuat film ini ceritanya klise, which means ampir ga ada elemen ga ketebaknya, which means ceritanya datar secara overall. Salah satunya adalah faktor tokoh utama pasti ga akan mati. Lin sebagai jendral pasukan kamikaze bertahan sampe akhir dengan selamat, mulus, tanpa luka, meskipun secara literally doi sempet kelempar ke tengah2 para Taotie. Kalo orang lain kaya gitu tuh ga pake lama langsung dicabik2 pasti.

Faktor selanjutnya, tokoh utama pasti dikasih kedudukan penting, ga peduli meskipun doi bagian dari pasukan kamikaze yang notebene-nya umurnya ga panjang, bisa mati trus ilang kapan aja. Ini sangat aneh menurut gue.

Terus keberadaan para Taotie itu cukup membuat gue mengerutkan kening, karena biasanya film kolosal China dalam ekspektasi gue adalah tentang perang orang lawan orang, kaya film Saving General Yang gitu. Ternyata ini malah orang lawan alien. Trus para jendral ganteng yang lainnya ga diceritaiiiiiinnn, cuma ditunjukin sekilas2 doaaaaang. Belum lagi Andy Lau cuma jadi peran minor doaaaaang. Whhhyyyyyyy…

Kurang keren apa coba mereka, huhuhu... T-T
 Tapi di sisi positifnya, adegan pertempurannya menurut gue keren. Dan seperti yang udah disebutkan di atas, film ini cukup memuaskan kalian2 yang suka sama visual. Barangkali ni film bisa dikategorikan kaya Pacific Rim; ceritanya sebenernya biasa aja bahkan ber-plothole, but nevertheless we all like it because of it’s awesomeness (robot super gede full senjata yang bisa ngalahin alien? It’s awesome!).

Terus, gue kira bakal ada romansa antara William dan Lin—cerita klise yang pasti terjadi di film klise—tapi untungnya disini ga ada. Hubungan William dan Lin kalo gue liat murni berdasarkan persahabatan, respect, dan trust. Which was kinda refreshing, really.

Jadi buat kalian2 yang belom nonton, menurut gue kalian ga perlu mengurungkan niat meskipun review untuk film ini (ga cuma di sini, tapi juga di web laen) ga terlalu bagus. Menurut gue, kalian perlu liat sendiri dulu filmnya. Gue pribadi sih ga kecewa soalnya. Wkwkwk.


Oya, kalo kalian ada yang tau film kolosal China (movies ataupun serian) rame, bisa direkomendasiin di komen bawah ya~! Salam keju!


No comments:

Post a Comment