Pastinya kita semua familiar dengan Princess berambut
pirang dan bergaun biru ini.
Cerita ini udah klasik banget. Seorang gadis bernama
Cinderella memiliki sebuah keluarga baru setelah ibunya meninggal—ayahnya menikah
dengan wanita lain yang membawa serta kedua putrinya. Ibu dan saudari-saudari
tiri ini rupanya tidak senang akan keberadaan Cinderella, sehingga mereka
menjadikan eksistensi Cinderella di keluarga itu menjadi tidak penting; yaitu
seorang pembantu. Cinderella yang penuh kesabaran dan setia tidak pernah
mendendam pada keluarga tirinya itu. Ketika datang undangan pesta dansa dari
pangeran untuk semua gadis di negeri itu, keluarga tiri Cinderella tidak
mengijinkan Cinderella hadir di pesta dansa dan mereka meninggalkannya di
rumah.
Tapi Ibu Peri rupanya mengasihani Cinderella dan mengubahnya
menjadi seorang putri cantik (dengan kereta dari labu, sebuah gaun indah, dan
sepasang sepatu kaca). Tak bisa dipungkiri semua mata di pesta terpesona dengan
Cinderella, termasuk sang pangeran. Ketika tengah malam tiba, mantra Ibu Peri
mulai memudar dan Cinderella segera kabur dari istana, tanpa sengaja meninggalkan
sebelah sepatu kacanya. Sepatu kaca ini kemudian dibawa pangeran dan dicobakan
pada semua gadis di negeri itu. Pada akhirnya pangeran menemukan Cinderella dan
mereka hidup bahagia selamanya.
Secara singkat ceritanya gitu lah ya. Tahukah kalian
ada fakta-fakta menarik tentang cerita Cinderella ini? Yuk, kita simak!
1. Cinderella merupakan Disney Princess kedua yang dibuat
setelah Snow White, tapi paling populer di kalangan anak-anak.
2. Selain itu, Cinderella merupakan Disney Princess pertama yang
bukan berasal dari keluarga bangsawan—maksudnya ga punya darah ningrat.
3. Cinderella juga merupakan Disney Princess tertua (berumur
19 taun), diikuti oleh Tiana. Kalo 19 taun tua, gue apa dong 。゚(TヮT)゚。
4. Ada banyak versi dari berbagai negara yang menceritakan kisah Cinderella ini;
di antaranya kisah Ye Xia dari China, Bawang Merah & Bawang Putih dari our
beloved country Indonesia, Mariang Alimango dari Filipina, Tam Cam dari
Vietnam, Kongjwi & Patjwi dari Korea, Cordelia dari Britain, bahkan
beberapa cerita dari kumpulan kisah Seribu Satu Malam.
5. Tapi ada 3 versi yang dikenal paling awal menceritakan
Cinderella.
Pertama, “Cenerentola”
oleh Giambattista Basile dari Italia.
Ceritanya
diawali dengan seorang pangeran (udah jadi duda) dan memiliki seorang putri
bernama Zezolla yang diasuh oleh seorang bangsawan wanita (semacam itulah). Karena
dijodohin ama si Zezolla, si pangeran akhirnya menikah dengan bangsawan wanita
itu. Rupanya wanita itu punya 6 (!) putri dan kesemuanya menyiksa Zezolla serta
memaksanya bekerja di dapur sebagai pelayan.
Sang pangeran
akhirnya pergi ke Sinia, bertemu dengan peri yang ngasih hadiah buat si
Zezolla; sebuah sekop emas, ember emas, lap sutra, dan bibit pohon date.
Zezolla menanam dan merawat pohon itu sampai tumbuh besar, dan ketika raja
negeri itu mengadakan pesta dansa, Zezolla hadir dengan sangat cantik berkat
dandanan peri yang hidup di pohon date tersebut. Sang raja jatuh cinta
padanya, tapi Zezolla kabur sebelum sang raja mengetahui identitasnya. Dua kali
Zezolla kabur, dan waktu kabur untuk yang ketiga kalinya, pelayan sang raja berhasil
mendapatkan salah satu sepatu Zezolla. Tes sepatu di seantero negeri pun
diadakan—sepatu itu dikatakan melompat dari tangan sang raja langsung ke kaki
Zezolla sehingga raja mengetahui identitasnya, dan kemudian mereka menikah.
Yah, namanya
juga dongeng.
6. Versi lain yang bisa dibilang paling populer ditulis dalam
bahasa Prancis oleh Charles Perrault tahun 1697, berjudul “Cendrillon”.
Dalam versi inilah
aspek-aspek Cinderella yang familiar (kereta labu, Ibu Peri, sepatu kaca)
diperkenalkan. Meskipun begitu, dipercaya ada kesalahan cetak saat dongeng ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris—sepatu Cinderella seharusnya “pantoufle
de vair” yang berarti sepatu kulit tupai, bukannya “pantoufle de verre”
yang berarti sepatu kaca.
Di sini,
Cinderella bukanlah nama sebenarnya. Gadis malang (tapi sangat sabar dan baik
hati, of course) yang disiksa keluarga tirinya itu selalu tidur di depan
perapian agar tetap hangat, dan keesokan paginya tubuhnya selalu dipenuhi abu
perapian (cinders), membuat kedua saudari tirinya mengejeknya dengan
sebutan “Cinderella”.
Kalo yang
biasanya kita tau, pesta dansa pangeran cuma semalem doang kan? Nah, kalo versi
Cendrillon ini pesta dansanya diadakan selama 2 malam. Cinderella
menghadiri semuanya berkat bantuan Ibu Peri, dan pangeran (seperti biasa) jatuh
cinta setengah mati pada Cinderella, meskipun sampai pesta dansa selesai
Cinderella kabur dan pangeran ga pernah tau identitas aslinya, termasuk semua
orang di pesta itu plus saudari-saudari tirinya.
Waktu tes
sepatu diadakan, Cinderella minta ijin agar ia bisa mencoba. Kedua saudari
tirinya menantang, tapi ternyata toh sepatu itu cuma cukup di kaki Cinderella
aja. Apalagi Cinderella masih nyimpen sepatu pasangannya. Melihat itu, keluarga
tiri Cinderella segera meminta maaf atas semua perbuatan mereka, dan Cinderella
memaafkan mereka.
Pada akhirnya
semua dapet happy ending; Cinderella menikah dengan sang pangeran,
sementara kedua saudari tiri Cinderella menikah dengan dua bangsawan tampan.
7. Versi ketiga yang juga terkenal adalah karya Grimm Bersaudara
di abad ke-19, berjudul “Aschenputtel”.
Di versi yang
lebih intens ini, diceritakan agak detail mengenai dua saudari tiri itu; mereka
cantik namun memiliki hati yang jahat serta kejam. Mereka juga mencuri semua
pakaian indah serta perhiasan gadis malang itu, mengusirnya ke dapur untuk
mengerjakan pekerjaan paling rendah dan memberikannya sebutan Aschenputtel (Ashfool
dalam B.Inggris). Mereka mempekerjakan Aschen dari subuh hingga petang. Meski begitu,
seperti biasa Aschen tetap baik hatinya, dan kalo semua perlakuan mereka tidak
tertahankan, ia akan pergi ke kuburan ibunya (yang dikuburkan di belakang
rumah) untuk berdoa agar keadaannya setidaknya bisa menjadi lebih baik.
Suatu hari,
ayah mereka hendak menghadiri sebuah festival di tempat yang jauh. Ia menjanjikan
putri-putrinya hadiah mewah. Putri tirinya yang paling tua meminta gaun-gaun
indah, yang muda meminta banyak perhiasan mutiara serta permata. Sementara itu
Aschen hanya meminta dahan pertama yang membentur topi sang ayah. Tak lama
kemudian ayahnya pulang membawa semua hadiah yang diminta putri-putrinya,
termasuk sebatang ranting pohon hazel untuk Aschen.
Gadis itu
menanam ranting di atas kuburan ibunya, menyiraminya dengan air mata dan
bertahun-tahun kemudian, ranting itu tumbuh menjadi sebuah pohon hazel
yang berkilauan. Aschen selalu berdoa tiga kali sehari di bawah pohon itu, dan
seekor burung putih selalu datang. Aschen kemudian akan menyampaikan
permohonannya pada si burung, dan burung itu akan kembali membawa apapun yang
diminta Aschen.
Ketika datang
undangan pesta dansa dari istana (fyi, pestanya diadakan selama 3 hari), seperti
biasa keluarga tiri Aschen tidak ingin Aschen ikut dengan alasan ia tidak punya
gaun yang layak. Ibu tirinya kemudian melempar sekeranjang penuh kacang ke
tumpukan abu di perapian, memerintahkan Aschen untuk mengambil semuanya dalam
waktu dua jam dan sesudah itu ia baru boleh ikut ke pesta. Aschen berhasil
mengumpulkan semua kacang kurang dari dua jam berkat bantuan sekelompok burung
merpati yang datang waktu Aschen bernyanyi. Melihat itu, si ibu tiri melempar
lebih banyak lagi kacang tapi Aschen dapat mengumpulkan semuanya dengan lebih
cepat lagi. Akhirnya keluarga tiri Aschen meninggalkan Aschen di rumah.
Aschen kemudian
pergi ke kuburan ibunya untuk memohon bantuan. Burung putih itu datang lagi,
membawakan sepaket gaun serta sepatu sutra untuknya. Aschen datang ke pesta,
berdansa dengan pangeran, tapi ketika diantar pulang oleh sang pangeran, Aschen
kabur dan bersembunyi di kandang merpati. Ayah Aschen pulang dan sang pangeran
memintanya merubuhkan kandang merpati itu untuk mencari Aschen. Sayangnya Aschen
sudah melarikan diri.
Di hari kedua
pesta, Aschen hadir kembali menggunakan gaun dan sepatu perak. Sang pangeran
jatuh cinta padanya, berdansa, dan kemudian mencoba mengantarnya pulang. Tapi Aschen
memanjat pohon pir (with that grand-silvery get up and all, I can’t
even imagine how she could climbed a tree, tapi ya sudahlah XD) untuk
kabur. Sang pangeran memanggil ayah Aschen, yang lalu menebang pohon tersebut,
tapi lagi-lagi Aschen sudah kabur.
Pada malam
ketiga, Aschen hadir mengenakan gaun dan sepatu emas. Kali ini sang pangeran
yang sudah berambisi harus menangkap Aschen memerintahkan agar jalan keluar
istana disiram dengan ter (yuck). Ketika tengah malam tiba dan Aschen
kabur, salah satu sepatu emasnya tersangkut di ter. Pangeran kemudian bersumpah
akan menikahi gadis yang kakinya cocok dengan sepatu emas tersebut.
Pagi berikutnya,
pangeran pergi ke rumah Aschen dan mencobakan sepatunya ke kakak tiri tertua. Ibunya
menyuruhnya memotong jari kakinya agar bisa muat ke dalam sepatu
itu. Saat sang pangeran membawa kakak tiri tertua pulang, dua ekor merpati dari
Surga memberitahu pangeran bahwa kaki gadis yang dibawanya mengucurkan darah. Kesal
dengan penipuan itu, sang pangeran kembali lagi dan kali ini saudari tiri
termuda yang mencoba. Ia memotong tumitnya agar sepatu itu muat. Pangeran
membawanya ke istana, tapi di tengah jalan, kedua merpati itu lagi-lagi
memberitahu pangeran.
Pangeran
kembali lagi ke rumah itu dan akhirnya ayah Aschen menyuruh Aschen mencoba
sepatu itu. Tentunya pas banget, plus sang pangeran mengenali Aschen sebagai
gadis yang telah berdansa dengannya. Di akhir cerita, saat pesta pernikahan
Aschen, kedua saudari tiri Aschen (yang menjilat dan berhasil menjadi bridesmaid
Aschen) matanya dipatuk oleh kedua merpati dari Surga itu, membuat
mereka harus menghabiskan sisa hidup mereka dalam kebutaan.
______________________________________________________
Fyuh, cerita yang
panjang.
Well, cerita
versi Grimm Bersaudara selalu berkesan dark dan agak gore ya,
lagi-lagi not suitable for children consumption, tapi tetep aja
dongeng-dongeng mereka terkenal banget di seluruh dunia—at least jadi
inspirasi untuk banyak kisah lainnya.
Seengganya kisah
Cinderella ini ga mengajarkan hal yang aneh-aneh. Secara keseluruhan kalau
ditarik kesimpulan dari semua cerita Cinderella di atas, moral cerita ini
adalah: Dikau harus tetap sabar, memiliki hati yang penuh kasih, juga
bekerja keras. Niscaya kehidupan bahagia akan sampai pada dikau. Cinderella
toh ga pernah marah atau pesimis atau bermental victim
(pengennya dikasihani mulu) bahkan ga pernah ngeluh, meskipun perlakuan
keluarga tirinya ga baik, dan dia juga ga pernah ngerjain segala sesuatunya
dengan asal-asalan, tapi dengan sepenuh hati.
Moral kedua adalah: Kecantikan
fisik itu bukan segalanya, tapi kecantikan batin itu perlu. Coba bayangin
aja kalo Cinderella orangnya ga sabaran, suka ngeluh, jadi jahat, dsb. Haha. It
will be a very ironic Cinderella instead.
Oke, cukup sekian
tulisan eike hari ini! Salam keju~!
No comments:
Post a Comment