Friday, July 29, 2016

7 Fakta Asli Tentang Disney Princesses (Cinderella)



Pastinya kita semua familiar dengan Princess berambut pirang dan bergaun biru ini.



Cerita ini udah klasik banget. Seorang gadis bernama Cinderella memiliki sebuah keluarga baru setelah ibunya meninggal—ayahnya menikah dengan wanita lain yang membawa serta kedua putrinya. Ibu dan saudari-saudari tiri ini rupanya tidak senang akan keberadaan Cinderella, sehingga mereka menjadikan eksistensi Cinderella di keluarga itu menjadi tidak penting; yaitu seorang pembantu. Cinderella yang penuh kesabaran dan setia tidak pernah mendendam pada keluarga tirinya itu. Ketika datang undangan pesta dansa dari pangeran untuk semua gadis di negeri itu, keluarga tiri Cinderella tidak mengijinkan Cinderella hadir di pesta dansa dan mereka meninggalkannya di rumah.

Tapi Ibu Peri rupanya mengasihani Cinderella dan mengubahnya menjadi seorang putri cantik (dengan kereta dari labu, sebuah gaun indah, dan sepasang sepatu kaca). Tak bisa dipungkiri semua mata di pesta terpesona dengan Cinderella, termasuk sang pangeran. Ketika tengah malam tiba, mantra Ibu Peri mulai memudar dan Cinderella segera kabur dari istana, tanpa sengaja meninggalkan sebelah sepatu kacanya. Sepatu kaca ini kemudian dibawa pangeran dan dicobakan pada semua gadis di negeri itu. Pada akhirnya pangeran menemukan Cinderella dan mereka hidup bahagia selamanya.

Secara singkat ceritanya gitu lah ya. Tahukah kalian ada fakta-fakta menarik tentang cerita Cinderella ini? Yuk, kita simak!

1. Cinderella merupakan Disney Princess kedua yang dibuat setelah Snow White, tapi paling populer di kalangan anak-anak.

2.  Selain itu, Cinderella merupakan Disney Princess pertama yang bukan berasal dari keluarga bangsawan—maksudnya ga punya darah ningrat.

3.  Cinderella juga merupakan Disney Princess tertua (berumur 19 taun), diikuti oleh Tiana. Kalo 19 taun tua, gue apa dong 。゚(TT)゚。

4. Ada banyak versi dari berbagai negara yang menceritakan kisah Cinderella ini; di antaranya kisah Ye Xia dari China, Bawang Merah & Bawang Putih dari our beloved country Indonesia, Mariang Alimango dari Filipina, Tam Cam dari Vietnam, Kongjwi & Patjwi dari Korea, Cordelia dari Britain, bahkan beberapa cerita dari kumpulan kisah Seribu Satu Malam.

5.  Tapi ada 3 versi yang dikenal paling awal menceritakan Cinderella.
Pertama, Cenerentola” oleh Giambattista Basile dari Italia.
Ceritanya diawali dengan seorang pangeran (udah jadi duda) dan memiliki seorang putri bernama Zezolla yang diasuh oleh seorang bangsawan wanita (semacam itulah). Karena dijodohin ama si Zezolla, si pangeran akhirnya menikah dengan bangsawan wanita itu. Rupanya wanita itu punya 6 (!) putri dan kesemuanya menyiksa Zezolla serta memaksanya bekerja di dapur sebagai pelayan.

Sang pangeran akhirnya pergi ke Sinia, bertemu dengan peri yang ngasih hadiah buat si Zezolla; sebuah sekop emas, ember emas, lap sutra, dan bibit pohon date. Zezolla menanam dan merawat pohon itu sampai tumbuh besar, dan ketika raja negeri itu mengadakan pesta dansa, Zezolla hadir dengan sangat cantik berkat dandanan peri yang hidup di pohon date tersebut. Sang raja jatuh cinta padanya, tapi Zezolla kabur sebelum sang raja mengetahui identitasnya. Dua kali Zezolla kabur, dan waktu kabur untuk yang ketiga kalinya, pelayan sang raja berhasil mendapatkan salah satu sepatu Zezolla. Tes sepatu di seantero negeri pun diadakan—sepatu itu dikatakan melompat dari tangan sang raja langsung ke kaki Zezolla sehingga raja mengetahui identitasnya, dan kemudian mereka menikah.

Yah, namanya juga dongeng.

6. Versi lain yang bisa dibilang paling populer ditulis dalam bahasa Prancis oleh Charles Perrault tahun 1697, berjudul “Cendrillon”.
Dalam versi inilah aspek-aspek Cinderella yang familiar (kereta labu, Ibu Peri, sepatu kaca) diperkenalkan. Meskipun begitu, dipercaya ada kesalahan cetak saat dongeng ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris—sepatu Cinderella seharusnya “pantoufle de vair” yang berarti sepatu kulit tupai, bukannya “pantoufle de verre” yang berarti sepatu kaca.

File:Cinderella - Project Gutenberg etext 19993.jpg
Di sini, Cinderella bukanlah nama sebenarnya. Gadis malang (tapi sangat sabar dan baik hati, of course) yang disiksa keluarga tirinya itu selalu tidur di depan perapian agar tetap hangat, dan keesokan paginya tubuhnya selalu dipenuhi abu perapian (cinders), membuat kedua saudari tirinya mengejeknya dengan sebutan “Cinderella”.

Kalo yang biasanya kita tau, pesta dansa pangeran cuma semalem doang kan? Nah, kalo versi Cendrillon ini pesta dansanya diadakan selama 2 malam. Cinderella menghadiri semuanya berkat bantuan Ibu Peri, dan pangeran (seperti biasa) jatuh cinta setengah mati pada Cinderella, meskipun sampai pesta dansa selesai Cinderella kabur dan pangeran ga pernah tau identitas aslinya, termasuk semua orang di pesta itu plus saudari-saudari tirinya.

Waktu tes sepatu diadakan, Cinderella minta ijin agar ia bisa mencoba. Kedua saudari tirinya menantang, tapi ternyata toh sepatu itu cuma cukup di kaki Cinderella aja. Apalagi Cinderella masih nyimpen sepatu pasangannya. Melihat itu, keluarga tiri Cinderella segera meminta maaf atas semua perbuatan mereka, dan Cinderella memaafkan mereka.

Pada akhirnya semua dapet happy ending; Cinderella menikah dengan sang pangeran, sementara kedua saudari tiri Cinderella menikah dengan dua bangsawan tampan.

7. Versi ketiga yang juga terkenal adalah karya Grimm Bersaudara di abad ke-19, berjudul “Aschenputtel.
Di versi yang lebih intens ini, diceritakan agak detail mengenai dua saudari tiri itu; mereka cantik namun memiliki hati yang jahat serta kejam. Mereka juga mencuri semua pakaian indah serta perhiasan gadis malang itu, mengusirnya ke dapur untuk mengerjakan pekerjaan paling rendah dan memberikannya sebutan Aschenputtel (Ashfool dalam B.Inggris). Mereka mempekerjakan Aschen dari subuh hingga petang. Meski begitu, seperti biasa Aschen tetap baik hatinya, dan kalo semua perlakuan mereka tidak tertahankan, ia akan pergi ke kuburan ibunya (yang dikuburkan di belakang rumah) untuk berdoa agar keadaannya setidaknya bisa menjadi lebih baik.

Suatu hari, ayah mereka hendak menghadiri sebuah festival di tempat yang jauh. Ia menjanjikan putri-putrinya hadiah mewah. Putri tirinya yang paling tua meminta gaun-gaun indah, yang muda meminta banyak perhiasan mutiara serta permata. Sementara itu Aschen hanya meminta dahan pertama yang membentur topi sang ayah. Tak lama kemudian ayahnya pulang membawa semua hadiah yang diminta putri-putrinya, termasuk sebatang ranting pohon hazel untuk Aschen.

Gadis itu menanam ranting di atas kuburan ibunya, menyiraminya dengan air mata dan bertahun-tahun kemudian, ranting itu tumbuh menjadi sebuah pohon hazel yang berkilauan. Aschen selalu berdoa tiga kali sehari di bawah pohon itu, dan seekor burung putih selalu datang. Aschen kemudian akan menyampaikan permohonannya pada si burung, dan burung itu akan kembali membawa apapun yang diminta Aschen.

File:Aschenputtel.jpg
Ketika datang undangan pesta dansa dari istana (fyi, pestanya diadakan selama 3 hari), seperti biasa keluarga tiri Aschen tidak ingin Aschen ikut dengan alasan ia tidak punya gaun yang layak. Ibu tirinya kemudian melempar sekeranjang penuh kacang ke tumpukan abu di perapian, memerintahkan Aschen untuk mengambil semuanya dalam waktu dua jam dan sesudah itu ia baru boleh ikut ke pesta. Aschen berhasil mengumpulkan semua kacang kurang dari dua jam berkat bantuan sekelompok burung merpati yang datang waktu Aschen bernyanyi. Melihat itu, si ibu tiri melempar lebih banyak lagi kacang tapi Aschen dapat mengumpulkan semuanya dengan lebih cepat lagi. Akhirnya keluarga tiri Aschen meninggalkan Aschen di rumah.

Aschen kemudian pergi ke kuburan ibunya untuk memohon bantuan. Burung putih itu datang lagi, membawakan sepaket gaun serta sepatu sutra untuknya. Aschen datang ke pesta, berdansa dengan pangeran, tapi ketika diantar pulang oleh sang pangeran, Aschen kabur dan bersembunyi di kandang merpati. Ayah Aschen pulang dan sang pangeran memintanya merubuhkan kandang merpati itu untuk mencari Aschen. Sayangnya Aschen sudah melarikan diri.

Di hari kedua pesta, Aschen hadir kembali menggunakan gaun dan sepatu perak. Sang pangeran jatuh cinta padanya, berdansa, dan kemudian mencoba mengantarnya pulang. Tapi Aschen memanjat pohon pir (with that grand-silvery get up and all, I can’t even imagine how she could climbed a tree, tapi ya sudahlah XD) untuk kabur. Sang pangeran memanggil ayah Aschen, yang lalu menebang pohon tersebut, tapi lagi-lagi Aschen sudah kabur.

Pada malam ketiga, Aschen hadir mengenakan gaun dan sepatu emas. Kali ini sang pangeran yang sudah berambisi harus menangkap Aschen memerintahkan agar jalan keluar istana disiram dengan ter (yuck). Ketika tengah malam tiba dan Aschen kabur, salah satu sepatu emasnya tersangkut di ter. Pangeran kemudian bersumpah akan menikahi gadis yang kakinya cocok dengan sepatu emas tersebut.

Pagi berikutnya, pangeran pergi ke rumah Aschen dan mencobakan sepatunya ke kakak tiri tertua. Ibunya menyuruhnya memotong jari kakinya agar bisa muat ke dalam sepatu itu. Saat sang pangeran membawa kakak tiri tertua pulang, dua ekor merpati dari Surga memberitahu pangeran bahwa kaki gadis yang dibawanya mengucurkan darah. Kesal dengan penipuan itu, sang pangeran kembali lagi dan kali ini saudari tiri termuda yang mencoba. Ia memotong tumitnya agar sepatu itu muat. Pangeran membawanya ke istana, tapi di tengah jalan, kedua merpati itu lagi-lagi memberitahu pangeran.

Pangeran kembali lagi ke rumah itu dan akhirnya ayah Aschen menyuruh Aschen mencoba sepatu itu. Tentunya pas banget, plus sang pangeran mengenali Aschen sebagai gadis yang telah berdansa dengannya. Di akhir cerita, saat pesta pernikahan Aschen, kedua saudari tiri Aschen (yang menjilat dan berhasil menjadi bridesmaid Aschen) matanya dipatuk oleh kedua merpati dari Surga itu, membuat mereka harus menghabiskan sisa hidup mereka dalam kebutaan.

______________________________________________________

Fyuh, cerita yang panjang.

Well, cerita versi Grimm Bersaudara selalu berkesan dark dan agak gore ya, lagi-lagi not suitable for children consumption, tapi tetep aja dongeng-dongeng mereka terkenal banget di seluruh dunia—at least jadi inspirasi untuk banyak kisah lainnya.

Seengganya kisah Cinderella ini ga mengajarkan hal yang aneh-aneh. Secara keseluruhan kalau ditarik kesimpulan dari semua cerita Cinderella di atas, moral cerita ini adalah: Dikau harus tetap sabar, memiliki hati yang penuh kasih, juga bekerja keras. Niscaya kehidupan bahagia akan sampai pada dikau. Cinderella toh ga pernah marah atau pesimis atau bermental victim (pengennya dikasihani mulu) bahkan ga pernah ngeluh, meskipun perlakuan keluarga tirinya ga baik, dan dia juga ga pernah ngerjain segala sesuatunya dengan asal-asalan, tapi dengan sepenuh hati.

Moral kedua adalah: Kecantikan fisik itu bukan segalanya, tapi kecantikan batin itu perlu. Coba bayangin aja kalo Cinderella orangnya ga sabaran, suka ngeluh, jadi jahat, dsb. Haha. It will be a very ironic Cinderella instead.

Oke, cukup sekian tulisan eike hari ini! Salam keju~!

Cinderella ver.2.0.0. LOL.
Abis model poninya beda.

No comments:

Post a Comment