“Kapan married?”
“Eh, sekarang kan dia. Lu kapan?”
“Eh! Kemaren dia dilamar, loh!
Kapan nih lu nyusul?”
Itu kata-kata yang SELALU dan
dengan BOSEN nya kita dengar. Pasalnya, di umur yang beranjak quarter life, makin banyak juga undangan
pernikahan yang kita terima. Undangan pernikahan itu pelan-pelan jadi syukuran
40 harian anak, sampe jadi undangan ulang tahun anak. Makin banyak juga yang
manggil kita “Oom” dan “Tante” disaat hati menjerit, “Panggil gue CICI!” (atau
koko, untuk kasus Andy).
cr: Pinterest (to owner) |
“Kapan?” itu adalah pertanyaan
paling misterius buat orang-orang di sekitar kita, terutama di dalam hati kita.
Kita berempat pastinya mau married.
Kapan-nya itu yang gatau. Calon aja belum ada. Iya, kita semua (lagi) jomblo.
Dan bahagia :D,
gak ngenes, kok!
Kita hidup di lingkungan yang dibesarkan dengan film-film Disney. Hampir semua
film Disney itu ending-nya tentang marriage
terus happily ever after. Bayangin,
dari kecil kita dikasih tontonan macem gitu. Gak aneh kalau marriage itu jadi life goal yang sifatnya mutlak. Padahal, marriage is not a life-goal. It’s
another starting point of your ministry life! Marriage is not a happy ending. It’s a start of a new journey. The ending depends on how you work it out
according to the right principles. So, it's actually a work in progress.
Well, dorongan paling besar itu biasanya datang dari luar. Kemarin
aku ngasih ucapan selamat ulang tahun sama salah satu teman di Bandung. Isi chat kita kurang lebih kaya gini:
Aku: Happy birthday! Terus
jadi berkat yaa! (penuh sama stiker unyu happy birthday)
Dia: Thanks! Kapan balik
Bandung?
Aku: Kapan-kapan. Haha!
Belum kepikiran balik. Masih asik kerja. Wong masih kontrak.
Dia: Beres kapan? Abis itu
langsung balik Bandung kan?
Aku: Masih ada 2 taunan
lagi, lah. Hahaha. Maunya sih belum.
Dia: Belum? Kenapa?
Aku: Ada cita-cita pengen terus
belajar, sih.
Dia: Ke mana lagi nih lu
ceritanya? Kelamaan di luar lu. Ga inget rumah?
Aku: Emm.. Inget lah. Mau
banget pulang. Tapi masih ada yang mau dicapai :)
Dia: Kasian dong sama orang
tua lu. Lagian lu kan cewek. Ga pengen married?
Aku: Mau. Waktunya Tuhan
aja, ya.
Dia: Pulang Bandung pas beres kontrak. Ga usah kelamaan di luar.
Cepetan married. Inget, lu cewek.
Bedain sama kata-kata teman aku
yang satunya:
“Wherever you go, go for it! You
deserve the best things in this world that God wants you to achieve. Just live, don’t settle! I got your back. Everytime you feel like
helpless, remember that there is a
set of knees; praying for you at the very time. Don’t think too much about the place you call ‘home’. Home is not a place;
it is hearts which you’ll always come back too. We meet in prayers. Anyway,
the technology is advanced already! And
hey, you’ll meet your spouse soon. Both
of you are being prepared to be the best version of yourselves. Don’t rush. A
rushed process won’t be good. You guys will meet in His time.”
Guys, orang yang benar-benar mengasihi kita akan peduli dengan
mimpi dan tujuan hidup kita lebih dari tujuan hidup yang semu (macamnya pernikahan), lebih dari sekedar status dan kondisi yang bisa
dilihat mata manusia yang mereka definisikan sebagai “hidup”. (Another food for thought: Apa sih arti ‘hidup’?)
Dan teman aku yang ngasih statement kedua adalah: orangtua aku.
Aaaaahhh… All the feels!
Personally, aku gak pernah punya pikiran buat nikah muda. Don’t get me wrong, ga ada yang salah
kok sama nikah muda. Nikah muda ada benefitnya
tersendiri. Salah satunya, waktu uda tua nanti kita bisa disangka kakak-adik
sama anak kita. Siapa sih yang ga suka dikatain awet muda padahal uda punya
“buntut” di belakang kita? Di sisi lain, nikah muda juga bikin kita secure. In some ways, of course. Kita juga mungkin bisa lebih nyambung sama
anak kita kelak karena umur kita gak beda jauh. Tapi gak semua orang terpanggil
untuk nikah muda. Pencapaian hidup kita juga nggak diukur dari sudah atau
belumnya kita menikah, kok!
Menikah itu panggilan buat kita.
Itu komitmen seumur hidup, loh. Di dalam hidup itu ada 2 keputusan paling
besar:
1. Keputusan terima Tuhan karena itu bakal jadi penentu surga-neraka kamu
setelah meninggal.
2. Keputusan memilih pasangan
hidup karena itu bakal jadi penentu surga-neraka kamu di dunia.
Buat yang sudah married, CONGRATS! Kalian hebat! Aku pribadi selalu kagum sama orang-orang
yang berani melangkah ke sebuah komitmen yang begitu indah seperti keputusan
menerima baptis atau pernikahan. Sebuah komitmen yang dibangun di dalam Tuhan
dan dengan keputusan yang bulat itu keren! Tapi buat yang belum menikah (kaya
kita berempat), jangan khawatir. Tuhan mau pakai ke-single an kita, loh!
Single itu bukan hal yang buruk. Ada banyak hal yang bisa kamu
lakuin di masa single yang pastinya
bakal susah banget kamu lakuin di saat kamu sudah married. Contoh simpelnya ya belajar/kuliah, atau sekedar keliling
Indonesia atau dunia buat ngeliat apa yang lagi Tuhan kerjain. (Ini beneran. Travelling atau sekedar melayani di
suatu tempat di luar zona nyaman kita itu bakal membuka mata kita ke hal-hal
yang beyond dari sekedar arsitektur
dan keindahan alam. Kondisi sosial dan adat istiadat yang berbeda bakal bikin
kamu ngerti gimana Tuhan lagi kerja).
Contoh lainnya adalah kamu jadi bisa melayani banyak orang yang mau curhat dan
mencari jawaban dari kamu, ga peduli apa orang itu cowo atau cewe, sudah
menikah atau belum. Persahabatan dan persaudaraan yang kalian bangun bakal
lebih possible! Single has its own perks!
Seberapa banyak sih orang yang
bisa fokus pelayanan setelah married?
Well, kalau kamu dapat suami
misionaris, pelayan gereja harian atau memang pelayan full time, mungkin kamu bisa ikut pelayanan juga. Other than that, bisakah kamu pergi
kemana-mana untuk melayani? Gimana kalau suami atau istri kamu menuntut kamu
untuk stay di rumah atau untuk kerja
kantoran? Nah loh… Dan setelah menikah, pelayanan utama kamu ya di rumah. Itu
sudah harga mati.
So, selama kalian single, segera cari tahu apa yang harus
kalian lakukan buat memaksimalkan ke-single-an
kamu! Being single is neither a crime nor
a shame. Gak perlu kalian lirik kiri atau lirik kanan dengan kata-kata atau
kondisi orang di sekitar kamu. Kalian juga gak perlu buru-buru mencari atau
memutuskan sebuah keputusan penting yang bakal merubah seluruh aspek kehidupan
kamu. Sesuatu hal yang benar, dilakukan di timing
yang salah, pasti bakalan jadi salah (Josh Harris ftw!). Percaya, deh.
As I directly quoted from CureJoy,
“Absolutely everyone in this world works based on their ‘Time Zone’.
People around you might seem to go ahead
of you
Some might seem to be behind
you
But everyone is running their own RACE,
in their own TIME.
Don’t envy them or mock them
They are in their TIME ZONE, and you
are in yours.
LIFE is about waiting for
the right moment to act. So, RELAX.
You’re not LATE
You’re not EARLY
You are very much ON TIME, and in your
TIME ZONE.”
Jadi, kapan nih rangers mau pada married?
Waktunya Tuhan aja… :D
*jeritan hati para rangers* DOAIN MAKSIMAL 3
ATAU 4 TAHUN LAGI, YA!
P.S.: Baca I Kissed Dating Goodbye nya Josh Harris deh!
-O-
-O-
Amen!
ReplyDeleteApa amen teh?
Delete